Resensi I
Judul Buku : Ceros dan
Batozar
Pengarang : Tere Liye
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Juli 2018
ISBN : 9786020385914
Halaman
: 376 halaman
Judul Buku
: Komet
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit :Februari 2019
ISBN : 9786020385938
Halaman
: 384 halaman
Judul Buku
: Komet Minor
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 9786020623399
Halaman
: 376 halaman
Ini adalah resensi tiga buku fiksi karya Tere Liye disini, Pertama buku ‘Ceros dan Batozar’
Kedua ‘Komet’. Antara buku pertama dan kedua bukan kisah bersambung, tetapi
untuk memahami cerita ‘Komet’dengan baik maka wajib membaca buku ‘Ceros dan
Batozar’ terlebih dahulu, karena tokoh Batozar muncul di kisah ‘Komet’ dan Ceros muncul kembali di buku ketiga yang
berjudul ‘Komet Minor’. Komet Minor merupakan kelanjutan dari ‘Komet’.
Ketiga
buku ini menceritakan tiga sahabat remaja, Raib, Seli dan Ali.
Mereka mempunyai kemampuan yang menakjubkan hingga mampu bepergian ke dunia
pararel. Raib bisa
menghilang, Seli mampu mengeluarkan petir dari tangannya dan Ali yang bisa
berubah wujud menjadi beruang.
Di
buku ‘Ceros dan Batozar’, cerita dimulai dari perjalanan karyawisata sekolah yang diikuti Raib, Seli
dan Ali ke bangunan kuno di luar kota yang awalnya terasa membosankan bagi Ali,
tiba tiba berubah ketika Ali menemukan adanya aktivitas dunia pararel di bagian
lain dari bangunan kuno yang mereka kunjungi.
Petualangan
dimulai ketika Ali memutuskan untuk memeriksa sisi lain dari bangunan dengan
menggunakan ILY, benda terbang berbentuk kapsul perak dengan teknologi canggih.
Perjalanan
menuju bagian bawah bangunan dimulai dan posisinya ada di perut bumi, di bawah
tanah di dalam lautan, melalui banyak lorong hingga tiba tiba ada yang
menyerang mereka. Makhluk buas, badannya seperti manusia, tetapi kepalanya
badak. Mereka bertarung habis habisan dan Seli pingsan lebih dulu. Dan ketika
monster itu akan memukul Raib, tiba tiba matahari terbit, dan monster hilang
digantikan dua sosok manusia biasa laki laki. Mereka adalah Ngglanggeram dan
Ngglanggeran, si kembar yang mempunyai kekuatan dan teknik hebat, mereka dari
klan Aldebaran. Dan merekalah yang berubah menjadi makhluk buas itu yang
disebut “Ceros”
Ternyata
sarung tangan yang digunakan Ali adalah sarung tangan milik si kembar yang dicuri
oleh si Tanpa Mahkota dua ribu tahun yang lalu. Tanpa sarung tangan itu si
kembar tidak bisa mengendalikan perubahannya menjadi ‘Ceros’, hingga mereka
memutuskan mengurung diri di tempat itu untuk menghindari kerusakan, dan
membuat siapapun yang masuk ke dalam bangunan itu tidak bisa keluar. Dengan
pengorbanan Ali, akhirnya mereka bertiga berhasil keluar dari dalam bangunan.
Kisah
sangat menginspirasi. Pengorbanan Ali untuk mengeluarkan teman temannya
menunjukkan bahwa persahabatan mereka tulus. Dan tidak ada pengorbanan yang sia
sia.
Karyawisata
mereka sempat diduga membuat heboh
karena kapsul terbang klan bulan yang
dicuri oleh ‘Batozar’ terlihat dan menjadi berita utama..Munculnya kapsul
terbang itu bersamaan dengan petualangan Ali, Raib dan Seli menggunakan ILY.
Raib pun salah paham dengan Ali karena mengira Ali penyebab terlihatnya ILY. Batozar adalah kriminal di klan bulan dan
telah melarikan diri.Wajah Batozar sangat meyeramkan, dengan mata merah dan
tubuh tinggi besar membuat orang takut mendekat, apalagi catatan kriminalnya di
klan bulan sehingga Ali, Raib dan Seli tidak diperbolehkan mencari tahu lebih
banyak tentang Batozar. Tanpa sengaja
Ali, Raib dan Seli bertemu Batozar sewaktu membeli makanan. Ali memutuskan
mengikutinya. Dan dimulailah petualangan mereka ketika Batozar ternyata sengaja
ingin mencari Raib, yang mempunyai kekuatan berbicara dengan alam. Batozar
menculik Raib, Ali dan Seli, agar Raib bisa membantunya. Kemampuan Raib belum
sempurna dan Batozar memaksa Raib melatih teknik berbicara dengan alam agar
bisa membantu Batozar melihat wajah istri dan anaknya. Ingatan Batozar tentang
keluarganya telah dihapus. Penculikan itu juga membuat Pasukan Bayangan
mengirimkan armadanya memburu Batozar, buronan Klan Bulan. Di saat Armada
tempur berhasil menembak dan mengenai tameng Batozar, Raib berteriak dan
berhasil mengaktifkan teknik tertinggi berbicara dengan alam, tembakan
terhenti dan muncul layar virtual dengan potongan kejadian masa lalu Batozar.
Batozar menangis bahagia. Tetapi begitu adegan masa lalu berakhir, tembakan
yang tadi tertahan di udara melesat mengenai tubuh Batozar. Ali dan Seli
melesat menuju tempat Batozar ditembak dan menemukan cermin kecil milik Batozar
di antara kepulan asap dan debu, tidak ditemukan tubuhnya, berarti Batozar
berhasil menggunakan cermin untuk meloloskan diri sebelum tembakan
menghunjamnya.
Ternyata
Batozar tidak seseram wajahnya, kisah ini membuktikan bahwa penampilan fisik seseorang
itu tidak selalu sama dengan yang Nampak. Batozar memiliki hati yang hangat dan
bersahabat.
Buku
“Komet” masih menceritakan tentang petualangan tiga sahabat. Petualangan antar
dunia pararel. Setiap dunia pararel
yang dikisahkan mempunyai nama nama yang tidak asing di telinga, sehingga
memudahkan mengingat.
Ali berhasil membuat portal di basement rumahnya,
yang bisa mengirimkan informasi danmengirim benda benda kecil seperti dokumen,
buku atau novel antar dunia pararel. Selain itu portal tersebut bermanfaat
untuk berkomunikasi lebih cepat antar dunia pararel. Apalagi tentang si Tanpa
Mahkota yang berhasil lolos dari penjara abadi,Penjara Bayangan di Bawah
Bayangan dan kini mencari klan komet untuk mendapatkan senjata pusaka.
Karena itulah mereka harus menemukan pulau yang
menjadi portal masuk ke klan komet lebih dulu. Ali yang berhasil menemukan
informasi dari buku tua dunia pararel bergerak cepat membagi informasi dan
akhirnya mereka akan meuju klan matahari dengan guru mereka Miss Selena.
Menurut informasi dari buku, klan komet yang selalu bergerak itu portalnya ada
di klan matahari.
Akhirnya mereka ada di stadion klan matahari,
namun si Tanpa Mahkota dengan pasukannya berhasil memetik bunga matahari yang pertama kali mekar dan meluncur masuk ke klan komet,
dan Ali langsung mengikutinya masuk ke portal yang terbuka, disusul Raib dan
Seli.
Mereka bertiga mendarat di tempat asing dan tidak
bertemu dengan si Tanpa Mahkota. Di tempat tersebut tidak ada tumbuhan aneh
sebagai portal masuk ke klan komet . Hanya badai dan gelap. Tetapi Raib ingat
bahwa banyak kekuatan di dunia pararel, tetapi yang paling hebat adalah
perbuatan baik, dan itu adalah sumber kekuatan untuk menemukan pulau dengan
tumbuhan aneh.Di sini Raib mengingatkan Ali untuk jujur, tidak mengambil
makanan milik orang lain di kapal bagaimanapun keadaannya.
Hingga mereka bertemu dengan nelayan tua dan
memanggil mereka Paman Kay dan Bibi Nay. Mereka ada di pulau Hari Senin di klan
Komet. Paman Kay tidak menjawab pertanyaan Ali tentang tumbuhan aneh di pulau,
dan hanya memberikan petujuk untuk menuju pulau Hari Selasa. Mereka menggunakan
kapal layar dari Nelayan Kay menuju pulau Hari Selasa dan dan akhirnya
bertemu Max yang menjadi korban perampok. Raib, Seli dan Ali bekerja sama mengalahkan perampok. Max pun
menjadi bagian dari petualangan mereka. Paginya mereka tiba di pulau Hari
Selasa dan bertemu dengan kakek Kay pemilik rumah makan., wajahnya mirip paman
Kay. di Pulau ini mereka membantu gadis kecil menemukan kembali bonekanya yang
hilang, meskipun tujuan mereka untuk menemukan tumbuhan aneh itu sangat
penting.
Kakek Kay meminjamkan kapal layarnya untuk tujuan
pulau Hari Rabu, dan sekali lagi mereka bertemu dengan orang yang wajahnya sama
dengan Paman Kay, kakek Kay. Ya namanya Petani Kay, yang terus berbicara
sepanjang pertemuan. Hanya Seli yang bertahan menemani Petani Kay hingga petani
Kay tertidur. Penduduk di pulau ini akan melakukan panen ketika kawanan burung
hitam datang menyerbu hasil panen. Dengan kecerdasan Ali, dan kerja sam Raib
serta Seli , mereka mampu mengalahkan burung itu dengan menangkap burung emas
sebagai otak kawanan.
Perjalanan berikut menuju pulau Hari Jumat harus
melalui pulau Hari Kamis yang merupakan sarang perampok. Mereka harus
menghadapi perampok di pulau Hari Kamis, dan tertangkap oleh Pimpinan Perampok
yang wajahnya juga mirip Paman Kay, tetapi ini wajahnya galak. Para perampok
ini kesakitan karena efek senjata, dan Raib denngan tulus membantu
menyembuhkan, termasuk pimpinan Perampok. Hingga mereka diijinkan melewati
Pulau Hari Kamis menuju Pulau Hari Jumat dengan dibekali banyak perbekalan oleh
Pemimpin Perampok.. Di Pulau hari Jumat mereka bertemu Otoritas Pulau dan
menyaksikan pergantian kekuasaan oleh Pemimpin Perampok Pulau Hari Kamis. Raja
Kay yang menjadi raja di pulau Hari Jumat memberi petunjuk agar mereka menemui
Pelaut kay di pulau Hari Sabtu.
Setelah melalui perjuangan panjang, bahkan kapal
hancur karena serangan gurita raksasa, akhirnya mereka tiba di Pulau Hari Sabtu. Mereka berhasil
melewati ujian kejujuran , ujian kepedulian , ujian kesabaran mendengarkan
serta ujian kecerdasan mengalah kawanan burung hitam, ujian ketulusan membantu
Perampok dan , dan berhasil melewati ujian terakhir dari Paman Kay dan Bibi
Nay. Di ujian terakhir ini, bibi Nay yang mempunyai kekuatan membaca pikiran
mengingatkan Raib, Seli dan Ali bahwa mereka harus berhati hati karena apa yang
kita lihat tidak seperti terlihat. Ada banyak yang kita kenal, tetapi tidak
seperti yang kita kenal. Bibi Nay membiarkan mereka memahaminya secara langsung
agar mereka belajar dan tumbuh denngan hati yang jernih.
Mereka lolos di ujian terakhir dan diperbolehkan
melintasi portal cermin, termasuk Max. Mereka menuju pulau Hari Minggu
dan segera sampai ke pulau dengan tumbuhan aneh. Ketika pulau dengan tumbuhan
aneh itu sudah dekat, tiba tiba Max melompat dan mengikat Ali, Raib dan Seli
dengan jaring perak. Ternyata Max adalah si Tanpa Mahkota yang membohongi
mereka bertiga untuk menggenapkan ambisinya.
Yang menarik dari buku ‘Komet’ ini adalah kisah
tentang persahabatan, kejujuran, saling membantu serta bekerja sama untuk
menggagalkan rencana si Tanpa Mahkota mendapatkan senjata pusaka agar dapat
menguasai dunia pararel. Meskipun akhirnya mereka harus kecewa karena dibohongi
teman dalam perjalanan. Tetapi itu belum akhir, karena kisah perjuangan mereka
untuk mendapatkan senjata pusaka dilanjutkan dalam buku ‘Komet Minor’ ”.
Max
yang ternyata si Tanpa Mahkota sudah berdiri di Pulau Hari Minggu, pulau dengan
pohon aneh yang buahnya telah matang setelah proses vegetatif generatif selama
dua ribu tahun. Portal menuju klan Komet Minor akan terbuka, dan tiga sahabat
ini malah terperangkap di jaring perak. Dan di waktu berikunya muncul ikan
raksasa yang siap menelan pulau Hari Minggu. Sementara Ali berhasil mengeluarkan cermin kecil hingga Batozar
melakukan teleportasi melalui cermin . Batozar berhasil membawa tiga sahabat
mendarat di pulau Hari Minggu dan membiarkan semua masuk kedalam mulut ikan
raksasa yang menelan pulau Ternyata itu adalah portal masuk ke Klan Komet
Minor. Si Tanpa Mahkota marah dan terjadi pertarungan dengan Batozar.
Di
klan Komet Minor mereka bertemu dengan
binatang binatang aneh. Tetapi mereka terus bergerak agar bisa mendapatkan senjata pusaka terlebih
dulu dari si Tanpa Mahkota. Mereka melewati hutan lebat, padang rumput dengan
pohon berduri tajam. Dan ketika menemukan padang rumput, maka Batozar melatih
teknik bertempur dan meminta tiga
sahabat belajar. Mereka terus berlatih tanpa menyadari ada yang terganggu,
mahluk kecil, mirip cacing dengan mata dan tanduk hijau. Cacing itu
mengeluarkan cairan hijau dan membentuk jaring laba laba menyerang dan mengikat
Seli. Raib, Ali dan Batozar berusaha melawan cacing cacing yang bertambah
banyak demi meyelamatkan Seli.
Akibat
serangan cacing hijau, tubuh Seli lemah, maka Batozar memutuskan mencari
kendaraan dan menemukan petunjuk orang yang tahu tentang senjata d klan ini
karena klan ini disebut zona putih. Kemapuan Batozar swbagai pengintai tidak
diragukan ketika dia berhasil mendapatkan petunjuk dan menemui orang yang
dimaksud di kota berikutnya.
Akhirnya
mereka berhasil bertemu Tuan Enre, salah satu pemburu yang hidup di Klan Komet Minor Mereka membentuk
aliansi dengan Paman Kay dan Bibi Nay. Mereka memburu orang orang jahat di masa
itu dan Finale salah satu pemburu, berhasil membuat senjata pusaka yang terbagi
dalam tiga potong dan berbentuk tombak. Senjata itu dicuri petarung antar klan
dan menyebabkan keributan dan pertumpahan darah. Setelah itu aliansi dibubarkan dan tidak ada lagi senjata di klan
ini. Di rumah Tuan Enre Seli berhasil mengatasi racun cacing hijau atau cacing
pasak dan menjadi semakin kuat.
Petunjuk
Tuan Enre mengantar mereka menuju Menara kelabu. Perjalanan menuju Menara kelabu
sangat manantang. Mereka bertemu kadal kadal yang mengeluarkan bola api dan
merupakan benteng penjaga alami menuju Menara kelabu.Dengan perjuangan dan
kerja sama mereka sampai di bagian lereng Menara kelabu. Tidak mudah menuju
atas Menara yang dijaga oleh Arci dengan busur panah di tangan. Setelah
beberapa kali gagal menuju atas, maka mereka berhasil melewatinya setelah Raib
dengan kemampuan membaca alam mengetahui kelemahan Arci yang buta. Tuan Arci
mempercayakan memberikan potongan tombak pertama kepada tiga sahabat dan
memberi petunjuk keberadaan Kulture, pemegang tombak kedua. Tetapi si Tanpa Mahkota mampu menyusul mereka
dan berhasil merebut tombak perama yang disimpan di ransel Ali.
Tanpa
menyerah mereka melanjutkan menemui Kulture yang menjadi media darling kota
Archantum di klan Komet Minor dengan nama Lady Oopraah, selebritits terkenal.
Mereka berhasil mendapatkan potongan tombak kedua setelah Ali bersedia tampil
di acara Lady Oopraah. Bahkan menggunakan alat transportasi tabung
terbang Lady Oopraah menuju pintu baja Tambang Tua 210579 menemui Finale. Tetapi usaha mereka
dengan cepat diganjal si Tanpa Mahkota yang dengan mudah menemukan mereka dan sekali
lagi mampu merebut tombak kedua dari ransel Ali.
Insting
Batozar sebagai pengintai mampu mempertemukan mereka dengan Tuan Enre, Kulture
dan Tuan Arci di ruang rahasia rumah Lady Oopraah.Sekali lagi mereka berteleportasi
melalui cermin besar dan membuka portal menuju Tambang Tua tempat Finale.
Mereka siap bertarung.
Tidak
berselang lama si Tanpa Mahkota berhasil memasuki tambang tua menuju ujung
tempat Finale berkebun dan beternak. Pertarungan terjadi, dan si Tanpa Mahkota
memang kuat dan berhasil melempar Finale hingga potongan terakhir tombak
terjatuh. Tetapi Ali lebih cepat mengambil potongan tombak itu dan memasukkan
ke ransel. Si Tanpa Mahkota melihatnya, dan segera merampas ransel Ali dan
mengambil tombak terakhir dengan mudah.
Si
Tanpa Mahkota tertawa dan diikuti tawa Ali yang membuat heran si Tanpa Mahkota.
Ternyata Ali berhasil mengelabui si Tanpa Mahkota dengan menggandakan tombak
tombak tersebut. Ali mengeluarkan potongan tiga tombak dari ranselnya, dan
benda benda itu bergabung membentuk
senjata pusaka mengeluarkan cahaya keemasan dan
pakaian Ali juga berubah. Si Tanpa Mahkota yang marah menyerang Ali
hingga lupa bahwa senjata yang dipegang Ali asli dan mempunyai kekuatan yang
langsung membuat si Tanpa Mahkota terkapar. Raib dan Seli mencegah Ali
menghabisi si Tanpa Mahkota. Mereka memilih menghukum si Tanpa Mahkota di
ruangan tempat Ceros, ruangan yang tidak bisa ditembus keluar oleh siapapun.
Kelebihan kisah di buku ini selain judul judulnya menarik karena berhubungan dengan sains juga sangat inspiratif karena ternyata
persahabatan yang tulus dan kerja sama itu adalah modal mengalahkan ambisi.
Buku ini juga menunjukkan bahwa apa yang terlihat itu tidak seperti yang
terlihat itu benar adanya, seperti Batozar yang mempunyai wajah mengerikan tetapi
hati dan perilakunya tidak seperti yang terlihat, atau Max, yang terlihat baik
dan lemah, ternyata adalah si Tanpa Mahkota yang kuat. Juga mengandung pesan bahwa memaafkan adalah
pilihan terbaik, sejahat apapun orang terhadap kita.
Keriga buku karya Tere Liye ini tak sekedar cerita
fiksi biasa. Gambaran gambaran dari cerita berhubungan dengan sains dan membuat
pembaca berimajinasi. Ada banyak pesan di ketiga buku tanpa bermaksud
menggurui.
Mencari kekurangan di akhir kisah ini tidak mudah.
Sudah tiga buku dibaca dan makin bisa mengikuti alur ceritanya. Hanya di akhir
bagian dari buku ini saja yamg tidak menjelaskan secara rinci, kenapa salah
satu pemburu yang pikun tiba tiba ingat lagi. Selebihnya sangat memuaskan.
Dan di tunggu buku berikutnya. Bang Tere sukses
membuatku ‘nagih’ membaca buku berikutnya